Ilmu
pendidikan
adalah ilmu yg mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik. Definisi yang
terpenting :
·
Meningkatkan
pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi
·
Meningkatkan
questioning skills dan kemampuan menganalisakan sesuatu - termasuk
pendidikannya
·
Meningkatkan
kedewasaan individu
·
Untuk
perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan individual
thinking supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan
tidak hanya meng-copy dari negara lain.
Pengertian ilmu pendidikan disampaikan oleh para pakar, antara lain :
1. Prof. Dr. N. Driyarkara; pemikiran ilmiah tentang
realitas yang disebut pendidikan (mendidik dan dididik).
2. Prof. M. J. Langeveld; Paedogogic atau ilmu mendidik
merupakan suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa
keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya
bertindak.
3. Dr. Sutari Imam Barnadib; ilmu pendidikan mempelajari
suasana dan proses-proses pendidikan. Menurutnya, perbuatan mendidik dan
dididik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan:
o
Adanya
tujuan yang hendak di capai
o
Adanya
subjek manusia
o
Yang
hidup bersama dalam linkungan hidup tertentu
o
Yang
menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan.
4. Prof. Brodjonegoro; ilmu pendidikan merupakan teori
pendidikan, perenungan, tentang pendidikan.
Pendidikan lebih tua dibandingkan ilmu pendidikan, sebab
pendidikan telah ada sebelum ilmu pengetahuan. Pendidikan dalam arti yang
sederhana merupakan suatu usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah
pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan
dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Dalam ilmu pendidikan, dikenal unsur-unsur pendidikan, antara lain:
1. Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan
atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar;
2. Ada pendidik, pembimbing;atau penolong;
3. Ada yang didik
4. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;
5. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Berikut faktor-faktor pendidikan yang dikenal dalam ilmu pendidikan, yaitu
:
1. Faktor tujuan, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Faktor Pendidik ialah orang yang memikul
pertanggungjawaban untuk mendidik, meliputi: orang dewasa, orang tua,
guru, pemimpin masyarakat, dan pemimpin agama.
3. Faktor Anak Didik Karakteristiknya adalah: belum
memiliki pribadi dewasa, masih menyempurnakan aspek kedewasaannya, memiliki
sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu.
4. Faktor Alat Pendidikan Alat pendidikan adalah suatu
tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya pendidikan
tertentu.
5. Faktor Lingkungan, menurut Sartain (ahli Psikologi
Amerika), lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan
atau life processes. Pada dasarnya mencakup tempat, kebudayaan dan kelompok
hidup bersama.
Antropologi
Antpologi adalah salah satu cabang ilmu
sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis
tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa
yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama,
antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada
sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Pengertian
Antropologi
Anthropologi
berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos
yang berarti "wacana" (dalam pengertian
"bernalar", "berakal"). Anthropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Anthropologi
memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap
dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
anthropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada
perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak
diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode anthropologi sekarang
seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal.
Definisi Anthropologi menurut para ahli
William
A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia,
berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya
serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
David
Hunter: anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang umat manusia.
Koentjaraningrat: Anthropologi adalah ilmu yang
mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna,
bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana
anthropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari
manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk
rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang
corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Secara garis besar antropologi
memiliki cabang-cabang ilmu yang terdiri dari:
A. Anthropologi Fisik
1. Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi
manusia dengan meneliti fosil-fosil.
2.
Somatologi adalah
ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik.
B. Anthropologi Sosial dan
Budaya
1. Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan
semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.
2. Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang
ciri dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di
dunia / bumi.
3. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam
kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
4. Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan
individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal
dengan berpegang pada konsep psikologi.
Sejarah
Seperti halnya sosiologi, antropologi
sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Koentjaraninggrat
menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:
Fase Pertama (Sebelum tahun
1800-an)
Manusia dan kebudayaannya,
sebagai bahan kajian Antropologi.
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa
mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia,
hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak
menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah
petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun
jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan
suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu
menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19
perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari
sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha
untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini,
bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan
berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat
itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam
jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai
bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa
sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini,
negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan
Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala
seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang
kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam
menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai
mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa,
mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Fase Keempat (setelah tahun
1930-an)
Pada fase ini,
Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli
yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa
Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak
perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di
dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan,
kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu
juga, muncul semangat nasionalisme
bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan.
Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah
menjajah mereka selama bertahun-tahun. Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan
perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di
luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti
suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar